Pemberian Koreksi KCl ( Kalium Klorida) Intravena

Pernahkah teman perawat atau mahasiswa melaporkan hasil elektrolit pasien kepada dokter?
 dan ternyata nilai kalium berada di bawah normal (3,5- 5,2 mEq/L). Selanjutnya dokter akan mengintruksikan koreksi KCl untuk menaikan kadar kalium darah. Mungkin ada yang sudah biasa melakukan koreksi-koreksi di ruangan,  tapi bagi teman mahasiswa keperawatan melihat ada pasien yang sedang koreksi di ruangan merupakan suatu hal yang baru dan  membuat penasaran (curious gorge wkwk). Untuk apa Kalium ? dan kenapa harus dikoreksi ? kaya soal ujian saja, salah apa kalium sampai harus di koreksi segala?




Nah untuk tahu lebih lanjut bagaimana cara pemberian koreksi KCl ini, mari simak penjelasan berikut.

A. Kapan Dilakukan Pemberian Koreksi KCL Drip (Intravena) ?

pemberian kalium dapat dilakukan melalui oral (diminum) dengan pemberian garam KCl akan tetapi pada kondisi penurunan kalium darah yang begitu rendah (hipokalemia) dapat diberikan  kalium secara intravena (drip).

B. Pada Kodisi Seperti Apa Saja?

  • Pada kondisi Hipokalemia berat dimana Kalium  <  dari 2 mEq/L
  • Pada saat nilai Kalium darah  < dari 3 mEq/L dan telah muncul gejala hipokalemia atau Hasil perekaman EKG (Elektrokardiografi) menunjukan tanda hipokalemia
  • pada saat nilai Kalium darah < dari 3,2 mEq/Ldan pasien mengalami tanda asidosis metabolik
C.  Apa yang Perlu Dilakukan Perawat?
  • Mencek kembali intruksi dokter dengan cara double cek dengan sesama teman perawat. Dari mulai mendapatkan jawaban  intruksi sampai pengoplosan dan pemberian obat. Misalnya, " Pasien Tn. A mendapatkan koreksi KCl 25 mEq dalam RL (Ringer Lactat) 500 cc habis dalam 8 jam".
  • Lakukan persiapan Alat: a) Spuit 10 atau 25 cc b) Kapas Alkohol c) KCL 25 mEq d) RL (ringer lactat) 500 cc e) Infus pump
Image result for spuit 20 cc
Spuit 20 cc



Image result for kcl 25 meq
KCl 25 mEq

Image result for ringer lactate
Ringer Lactate



  • Oplos obat dengan mencampurkan KCl ke dalam RL menggunakan spuit. Untuk kecepatan infus 500 cc/ 8 jam = 62,5 cc/jam, maka kita set infus pump dengan kecepatan 62 cc/ jam. Jika tidak mengunakan infus pump, maka kita bagi 3 (tiga) untuk makodrip, jadi 62,5 cc/jam : 3 = 20,8 atau dibulatkan 21 gtt/ menit. Dari mana 3? Ini menggunakan RUMUS CEPAT MENGHITUNG TETES INFUS

(500 cc/ 8 jam*60 menit ) * 20gtt/ml = 20,8 gtt/menit atau dibulatkan 20 tetes/menit. Jadi setiap 3 detik infus menetes 1 (satu) kali.

  • Melakukan monitor tanda-tanda vital, tingkat kesadaran pasien, dan respon pasien
  • Monitoring hasil lab kalium atau pemeriksaan sesuai intruksi dokter dan pemeriksaan Elektrokardiografi

D. Apa yang Perlu Perawat Perhatikan Pada Saat Koreksi KCl

  • Monitor tetes infus atau menggunakan infus pump karena pemberian koreksi KCl tidak boleh terlalu cepat. Pemberian yang cepat beresiko menyebabkan Hiperkalemia (peningkatan kadar kalium darah yang bisa terjadi dengan cepat dan tanpa gejala (asimptomaik) dan beresiko menyebabkan henti jantung (Cardiac Arrest) sehingga perlu di monitor tetesannya jangan sampai terlalu cepat pemberiannya
  • Pengenceran Kalium dalam Ringer lactat, normal saline, atau Dextrose 5 % betujuan untuk menghindari ekstravasasi, nyeri, dan phlebitis (radang vena), KCl tidak boleh diberikan langsung tanpa pengenceran.
  • Perawat harus memastikan infus terpasang dengan baik. Aliran lancar dan saat di aspirasi terdapat darah diselang yang mengindikasikan infus masuk ke aliran pembuuh darah. Hal ini dilakukan untuk mencegah phlebitis dan ekstravasasi atau kerusakan jaringan akibat cairan KCl masuk ke jaringan disekitar area penusukan infus. 
  • Monitor adanya tanda-tanda phlebitis atau ekstravasasi seperti nyeri, rasa terbakar, edema, kemerahan. Kerusakan jaringan dapat meliputi kerusakan syaraf, tendon, dan pembuluh darah. kemungkinan terburuk bisa dilakukan operasi atau amputasi.
  • Komplikasi lain dari kerusakan akibat pemberian KCl tanpa pengenceran yang tepat atau akses infus yang tidak baik adalah tromboplebitis yang dapat menyebabkan emboli pulmonal (pulmonary embolism)
E. Apakah Koreksi KCl Bisa Dilakukan pada Semua Pasien?

Ada beberapa kondisi yang memang tidak boleh mendapatkan koreksi KCl yaitu:
  • Memiliki  Alergi atau Hipersensitivitas
  • Hiperkalemia
  • Gagal ginjal dengan oliguria (sedikit urin), Anuria (tidak ada urin), Azotemia (peningkatan kadar kreatinin dan nitrogen urea darah)
  • Ventricular Fibrilation
  • Addision diseases
  • Kerusakan kulit yang luas akibat luka bakar 
  • Dehidrasi akut
  • Peningkatan sensitivitas pemberian kalium misalnya pada paramyotonia kongenital atau adynamia episodica hereditariamonitor
     F.  Riwayat Sakit Pasien Seperti Apa yang Membutuhkan Perhatian Khusus ?

Pada dasarnya semua passien memerlukan perhatian saat pemberian koreksi KCl tapi memang ada beberapa kondisi yang perlu perhatian khusus   
  •  Pasien dengan riwayat penyakit jantung. Pemberian kalium drip pada penderita jantung dapat menyebabkan gangguan irama jantung (termasuk blok jantung total) dan aritmia jantung selama koreksi KCl. Pasien yang mengalami riwayat penyakit jantung harus di monitoring dengan EKG yang kontinyu dan pemeriksaan darah kalium dan asam-basa. Biasanya monitoring EKG yang berkelanjutan dilakukan untuk mendeteksi kondisi hiperkalemia ringan dan sedang yang biasanya muncul tanpa gejala. Dan aritmia yang fatal dapat muncul setip saat pada kondisi hiperkalemia.
  • Pasien dengan masalah endokrin dan metabolisme. Tidak dianjurkan mendapatkan terapi drip terutama pasien dengan kekurangan hormon ardenal atau kondisi yang menyebabkan gangguan pengeluaran kalium
  • Pasien dengan riwayat gangguan ginjal atau asidosis (turunnya Ph darah).   Pasien dengan kondisi ini memerlukan monitoring asam-basa, elektrolit, dan monitoring EKG.
G. Adakah Efek Samping dari Koreksi KCl?    

a) Ada yaitu hiperkalemia, bisa terjadi dan  beberapa pernah dilaporkan, keracunan kalium yang menyebabkan hiperkalemia ringan hingga berat. Gejalanya meliputi:
  • Parastesia di area ekstremitas (tungkai)
  • Arefleksia
  • Paralisis otot
  • Kebingungan
  • Kelemahan dan anggota badan menjadi berat
  • Hipotensi
  • Henti jantung
  • Aritmia  
  • Bisa juga mual, muntah, nyeri abdomen,  dan diare
b)  Reaksi lain dapat terjadi akibat peroses pemberian seperti:
  • Demam
  • Infeksi di area penusukan
  • Phlebitis (Venous Trombosis)
  • Ekstravasasi
  • Hipervolemia
  • Respon nyeri selama pemberian terapi
Jika efek samping  terjadi, hentikan koreksi, evaluasi kondisi pasien, dan tangani kondisi sesuai SOP (kebijakan) rumah sakit. 

H. Adakah Reaksi dengan Obat-obatan Lain Selama Koreksi ?

Perlu diwaspadai pemberian koreksi KCl pada pasien yang mendapatkan obat-obatan yang dapat menyebabkan kondisi hipekalemia atau yang beesiko meningkatkan kadar kalium.
  • ACE inhibitors: obat-obat hipertensi
  • Pottasium Sparing Diuretic: obat-obatan diuretik seperti amiloride, spironolactone, triamterene

















Comments