Analisa jurnal keperawatan : Auditing urinary catheter care


Auditing urinary catheter care
Pemeriksaan catatan dokumentasi (Audit) Perawatan kateter Urin

a. Abstrak:
Pemasangan kateter urin termasuk penyebab utama terjadi resiko infeksi saluran kencing yang didapat dari rumah sakit (hospital-acquired urinary tract infections) pada pasien yang mengalami rawat inap (inpatient). Petugas kesehatan dapat mengurangi resiko pasien untuk mengalami infeksi dengan menjamin pelaksanaan perawatan berdasarkan bukti (evidence-based care) dan melepas kateter sesegera mungkin setelah tidak dibutuhkan. Sebuah audit yang dilaksanakan di Hampshire hospital menunjukan buruknya bukti dokumentasi dari pelaksanaan peraktik yang baik. Oleh karena itu pengkajian (assesment) kateter urin dan alat (tools) monitoring didesain untuk mendukung pelaksanaan praktik yang baik dan menghasilkan bukti yang jelas bahwa perawatan telah dilakukan (tersedia).

b. Penulis:
Sue Dailly Kepala perawat bagian pencegahan dan kontrol infeksi Royal Hampshire
County Hospital, Winchester. United Kingdom
c. Sumber: 
Nursing Standard. 26, 20, 35-40. Date of acceptance: May 6 2011. available at www.nursing-standard.co.uk.

d. Latar Belakang:
Berdasarkan data Nasional, kira-kira 20 % dari seluruh Infeksi yang didapat dirumah sakit (hospital-acquired infections) adalah infeksi saluran kencing, dengan perkiraan 80% berkaitan dengan penggunaan kateter urin (Hospital Infection Society 2007).  Penelitian prevalensi ke-tiga Healthcare Associated Infections in Acute Hospitals di inggris 2006 menemukan 31 % dari pasien rawat inap di inggris sudah dipasang kateter urin in situ pada waktu survei atau dalam waktu tujuh hari sebelumnya (Hospital Infection Society 2007). Arti dari hospital-acquired infection (infeksi yang didapatkan dari rumah sakit) adalah pasien tidak memiliki tanda atau gejala infeksi sebelum masuk kerumah sakit dan infeksi terjadi setelah dirumah sakit sekurang-kurangnya 48 jam (Weston 2008). Sudah diperkirakan resiko terjadinya bakteruria pada pasien yang terpasang kateter meningkat 3-10% perhari dan meningkat selama kateter tetap terpasang (Warren 1997), dan 50% pasien dengan pemasangan kateter yang tetap selama 10 hari mengalami bakteriuria (Saint dan Chenoweth 2003). Pasien yang mengalami hospital-acquired infection dapat diperkirakan tinggal di rumah sakit dua kali dan setengah kali lebih lama, dan terkena biaya rumah sakit dan komunitas yang tinggi dibandingkan dengan pasien yang tanpa infeksi (Plowman 2000).

Penggunaan indwelling kateter berhubungan dengan angka kematian (mortalitiy) dan kesakitan (morbidity)  yang signifikan, dan harus dihindari atau waktu penggunaanya di minimalkan jika memungkinkan. Faktor resiko terbesar terjadinya infeksi saluran kencing adalah terpasang kateter, pernah mengalami inseresi kateter, dan semakin lama durasi pemasangan kateter semakin besar resiko infeksi (Pellowe et al 2003). Oleh karena itu gunakan alternatif setrategi pengumpulan urin yang sesuai dan kurangi durasi pemasangan kateter merupakan hal yang penting (critical) dalam pemcegahan infeksi saluran kencing (ISK).
e. Audit: 
Pada tahun 2008/09, ditemukan di Royal Hampshire County Hospital 5(lima) pasien dengan MRSA (meticillin-resistant Staphylococcus aureus). 2 (Dua)  pasien berhubungan dengan pemasangan kateter urin, yang mana satu pasien di dapat di rumah sakit (hospital-acquired infection) dan satu pasien lagi didapat di komunitas (community-acquired infection) karena mendapat kunjungan Home care dari rumah sakit. Sisanya tiga orang disebabkan oleh luka atau prosedur pemasangan alat invasif. Fokus perhatian petugas kesehatan sekarang ini pada pemasangan kateter sebagai sumber dari penyebab infeksi yang bersifat serius.

F. Metode : 
Pada juni 2009 audit rumah sakit secara luas mengenai  pemasangan kateter urin dilaksanakan, dibagi menjadi  empat bagian:
Observasi pada saat pemasangan (insersi) kateter
Observasi pada pengosongan kantong urin ( urinarry bag)
Penelitian prevalensi dengan pasien yang terpasang kateter dan audit dokumentasi pemasangan kateter dan perawatan yang berkelanjutan (perawatan kateter setiap hari).
Pertanyaan untuk staf untuk mengkaji pengetahuan mereka menganai pemasangan kateter dan kateter yang berhubungan dengan infeksi saluran kencing (catheter-associated urinary tract infections).
Perawat yang bertugas dalam melakukan pencegahan dan kontrol infeksi bertanya kepada seluruh petugas kesehatan (perawat) untuk melakukan observasi mengenai tindakan pemasangan kateter dan mencatat bagaimana memasang (insersi) kateter, dan tidak membiarkan perawat menuliskan laporan dokumentasi sendiri tentang pemasangan kateter (self-assessment form). Hal ini dilakukan karena, kekurangan dari pengisian pengkajian dokumentasi  sendiri (self-assessment form)  adalah perawat tidak sadar mereka melaksanakan perawatan yang tidak benar atau merasa tidak mampu untuk mengakui kekurangan karena merasa malu atau takut akan kosekuensi (Harvey 2002). Melakukan observasi audit memberikan bukti (proof) bahwa petugas kesehatan (perawat) melaksanakan aturan dengan standar dan kebijakan rumah sakit, meskipun juga harus dilakukan pertimbangan mengenai perubahan perilaku petugas yang tidak alami ( atau seperti biasanya) karena mereka di observasi (Watson et al 2008).

Perawat melaksanakan observasi berkelanjutan untuk perawaatn kateter setelah dipasang. Yang sering dilakukan oleh asisten perawat, pada saat pemasangan kateter cenderung dilaksanakan oleh perawat atau dokter yang kompeten. Banyak kelompok yang berbeda dan tingkatan staf (perawat) yang mengambil bagian dari audit. (catatan: kenapa pemasangan kateter yang banyak dilakukan oleh perawat kompeten, tapi masih terjadi infeksi saluran kencing, besar kemungkinan karena perawatan harian yang tidak benar yang dilakukan oleh perawat yang tidak atau belum kompeten)

Penelitian prevalensi menjadi titik awal yang digunakan untuk mengindentifikasi berapa banyak pasien yang dipasang kateter in situ pada hari yang spesifik (lebih jelas), alasan pemasangan kateter, dan kualitas dokumentasi. 

Kuis (pertanyaan) diciptakan untuk memastikan fakta yang diketahui perawat mengenai kateter dan infeksi saluran kencing. Pemberian hadiah membantu dalam memotivasi perawat dalam menjawab kuis dari pada bertanya kepada mereka pertanyaan lengkap sebagai bagian dari peroses Audit.( catatan: Bertanya dan memberikan hadiah (kuis) cara yang baik dari pada membuat stress perawat dengan pertanyaan komplit yang banyak dan membosankan, dan membuat tegang dengan mengatakan anda sedang di-Audit)

G. Hasil: 
Empat ratus pasien dari 22 ruangan mengambil bagian dalam audit pada bulan juni 2009. Sembilan belas persen  pasien  (n= 76) rawat inap telah dipasang kateter urin in situ.

1) Bundel perawatan insersi kateter.

Untuk audit insersi (pemasangan) kateter, 85 % ( n=65) pasien memiliki kunci dari elemen pelaksanaan bundel.  Observasi insersi kateter tidak dilakukan  pada pasien persalinan atau di ruangan kebidanan, hanya diruang bedah dan penyakit dalam.  Bagian tindakan  yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan bundel adalah: 

Tidak menggunakan Apron karena beberapa staf tidak peduli dengan seragam yang terkontaminasi
Menggunakan NaCl sebagai ganti chlorhexidine dan  cetrimide untuk melakukan pembersihan meatus.
Tidak selalu menggunakan lubrican pada saat pemasangan kateter pada wanita.
Tidak mempertahankan sistem tertutup (catheter’s closed system) atau merusak sistem tertutup dini, sehingga beresiko kateter terpajan infeksi. Ketika kateter di masukan dan kantung urin pertama dipasang, sistem tertutup dibentuk. Setiap kali kantung dikosongkan sistem tertutup terbuka- bila sering terjadi, meningkatkan resiko terpapar bakteri ( Apalagi klo disimpen dibawah lantai tidak digantung).  Selang kateter datang tanpa kantung urin, perawatlah yang memilih kantung urin yang sesuai. Kebanyakan kantung urin dibuat dengan rekomendasi penggantian setiap lima sampai tujuh hari, sehingga perawat harus mempertimbangkan apakah pasien akan mengalami mobilisasi dalam beberapa hari. atau menggunakan kantung urin yang dapat memonitor urin output setiap jam pada pasien yang krusial. 
2)  Perawat Kateter harian  (berkelanjutan)
Untuk audit perawatn kateter harian, 58 % ( n= 44) pasien menerima seluruh langkah  perawatan sesuai bundel. Bagian utama yang tidak sesuai aturan adalah:
Tidak menggunakan apron
Tidak melakukan dokumentasi perawatan meatus
3)  Dokumentasi
Alasan pemasangan (insersi) kateter dicatat  kira-kira  sebanyak 80 % ( n= 61)  dari pasien, tetapi dokumentasi seringnya tidak komplit.  Tanggal pemasangan kateter yang tersedi pada catatan dokter saja, alasan pemasangan kateter dengan nama yang tidak terbaca. Dokumentasi perawatn kateter harian yang tidak baik. Di catatan dokter disebutkan “kateter masih mengalir “ sebagi bagian pemeriksaan rutin dokter berkeliling ruangan. sedangkan di catatan perawat “drainase kateter baik” yang hanya menunjukan pasien masih terpasang kateter saja. Sehingga catatan dokter dan perawat tidak cukup detail untuk memperlihatkan apakah bundel di laksanakan dengan baik. Selalu tidak disebutkan pelaksanaan catheter hygiene dan apakah kantung urin menggantung diatas lantai atau sudah dibuang. 

4)  Kuis mengenai Pengetahuan perawat
Perawat diinformasikan dengan baik mengenai insersi kateter dan perawatan berkelanjutan ( harian), tetapi dilaporkan banyak dari mereka yang tidak menerima pelatihan resmi apa pun dalam beberapa tahun. 

Kesimpulan audit:
Buruknya kepatuhan dengan penggunaan apron
Buruknya kepatuhan mengenai dokumentasi pada saat pemasangan dan insersi kateter
Keterlambatan dalam pelepasan kateter dan kebingungan dalam mempertanggungjawabkan penilaian alasan pelepasan kateter.


h. Kesimpulan:
Temuan dua pasien yang menderita MRSA bakterimia di Royal Hampshire County Hospital menunjukan buruknya dokumentasi mengenai pemasangan kateter dan perawatan kateter.  Sebuah audit dilaksanakan untuk menunjukan hal tersebut merpakan masalah yang luas bagi rumah sakit.  Bentuk pengkajian dan monitoring kateter atau urinary catheter assessment and monitoring (UCAM) sebuah  bentuk yang dikembangkan untuk menyediakan informasi mengenai insersi kateter dan perawatan berkelanjutan yang dapat didokumentasikan. Ini juga memberikan dorongan staf untuk menanamkan pelaksanaan peraktik yang terbaik. Dan lebih penting lagi menyediakan bukti yang terdokumentasikan dari tindakan  perawatan yang dilaksanakan. Audit mingguan yang dilaksanakan dan dokumentasi pengkanjian dan monitoring kateter apakah kateter masih perlu digunakan memberikan bukti (evidence) bahwa rumah sakit telah memperbaiki kualitas layanan pasien yang berhubungan dengan pemasangan kateter.


Baca lebih lengkap dan download artikel


Klik disini


Comments