Gastrotomy (Selang makan di perut atau lambung )

Tindakan Gastrotomy dilakukan dengan membuat lubang atau jalan ke lambung dengan tujuan untuk memberikan makanan atau cairan. Gastrotomy terdiri dari dua kata Gastro artinya lambung dan omy artinya lubang. Pemberian nutrisi melalui gastrotomy dilakukan untuk program pemberian nutrisi jangka panjang (lebih dari 3-4 minggu) misalnya pada pasien geriatri (lansia). Pemberian makan melalui gastrotomy lebih disukai  dari pada NGT/OGT  pada pasien penurunan kesadaran (koma). Karena, gastroesophageal sphincter masih utuh (intact) sehingga resiko  regurgitasi dan aspirasi (tersedak) lebih jarang terjadi dari pada saat menggunakan NGT/OGT.

Peroses Keperawatn pada pasien dengan  Gastrotomy
a. Pengkajian 
  • Kaji kemampuan pasien untuk memahami tujuan dan harapan dari  tindakan gastrotomy, apakah ada perubahan gambaran diri ( body image) atau partisipasi dalam perawatan diri (self care), atau perubahan status psikologi pasien dan keluarga. Tujuan dari tindakan operasi membuat jalan pintas,  agar makanan dan cairan dapat langsung masuk ke lambung tanpa melewati mulut dan kerongkongan (esophagus) yang berarti melalui selang yang terpasang dilambung. Secara psikologis hal ini seringkali sulit diterima oleh  pasien. Jika prosedur dijelaskan untuk mengurangi rasa tidak nyaman, muntah yang berkepanjangan, ketidakmampuan untuk makan, pasien mungkin mulai dapat menerima.
  • Perawat memeriksa kondisi kulit dan menentukan adakah faktor yang dapat mempersulit penyembuhan luka, misalnya penyakit sistemik seperti diabetes melitus atau kangker.
  • Pada periode post operasi (setelah operasi), Perawat memeriksa kebutuhan cairan dan nutrisi pasien untuk menjamin intake makanan dan cairan yang baik. Perawat menginspeksi  posisi dan kondisi selang (tube)  dan memantau luka insisi dari tanda-tanda infeksi.  Dan pada waktu yang sama perawat juga menilai perubahan respon pada gambaran diri (body image) dan pemahaman pasien mengenai tujuan pemasangan selang. Intervensi dilaksanakan berdasarkan hasil indentifikasi dalam membantu koping pasien dengan gastrotomy dan pendidikan untuk melakukan perawatan mandiri (self-care) dengan gastrotomy.


b. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan Mandiri
Berdasarkan data yang diperoleh perawat dapat menegakan diagnosa sebagai berikut
  • Gangguan Keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan b.d masalah pemberian makanan melalui  enteral
  • Resiko infeksi b.d adanya luka dan selang (tube)
  • Resiko Gangguan integeritas kulit b.d adanya selang
  • Ketidakefektifan koping b.d ketidak mampuan untuk makan dengan normal
  • Resiko ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik b.d defisit pengetahuan mengenai perawatan dirumah dan prosedur pemberian nutrisi
Diagnosa Kolaborasi (COLLABORATIVE PROBLEMS/ POTENTIAL COMPLICATIONS)
  • Luka infeksi, Selulitis, dan abses dinding perut
  • Perdarahan GI

c. Rencana
Tujuan utama meliputi 1) mencapai status nutrisi seoptimal mungkin, 2) mencegah infeksi, 3) memelihara integeritas kulit, 4) meningkatkan koping, penyesuaian dengan gambaran diri (body image), 5) memperoleh pengetahuan dan skill dalam perawatan mandiri (self-care), 6 ) Mencegah komplikasi.

d. Intervensi

1) Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Cairan yang bernutrisi diberikan segera setelah operasi dan terdiri dari air hangat dan glukosa 10%. Pada hari pertama hanya 30-60 ml diberikan pada satu waktu, selanjutnya jumlahnya meningkat secara bertahap. Pada hari ke-dua, 180-240 ml dan dapat diberikan pada satu waktu asalkan pasien dapat menoleransi(tidak muntah, kembung) dan tidak terjadi bocor atau rembesan  disekitar selang. Air dan susu dapat diberikan setelah 24 jam pada gastrotomy permanen. Cairan dengan kalori tinggi di tambahkan secara bertahap. Di rumah sakit lain selama operasi awal perawat mengaspirasi sekresi lambung dan memasukan kembali setelah menambahkan cairan makan yang cukup untuk mengetahui volume makan (lambung) yang diinginkan. Dengan metode tersbut, dilatasi gastrik dapat dihindari. Makanan yang dihaluskan di berikan secara bertahap dalam bentuk makanan cair hingga diet penuh dapat diterima atau dicapai.  diet susu dihindari pada pasien yang intoleran terhadap laktosa.

2) Melakukan perawatan selang dan pencegahan infeksi
Kasa atau balutan  kecil dapat di letakan pada bagian luar selang, dan selang gastrotomy dapat ditempel menggunakan plester ke bagian abdomen. Kasa melindungu kulit sekitar insisi (luka sayatan) dari rembesan asam lambung dan kemungkinan tumpahan makanan. Perawat memastikan posisi selang, mengkaji residu (gastric content), dan men-cek balon air pada pasien yang terpasang fiksasi balon.

3) Melakukan perawatan kulit
Kulit disekitar gastrotomy membutuhkan perawatan sepesial karena dapat menjadi iritasi akibat enzim dan asam  yang terdapat pada cairan lambung yang rembes disekitar selang. Jika tidak ditangani kulit dapat menjadi lecet, kemerahan, dan nyeri. Perawat atau keluarga membersihkan area sekitar selang dengan sabun dan air setiap hari, membuang kerak-kerak yang menempel dikulit dengan Nacl 0,9 %, basuh area dengan baik menggunakan air dan cepat keringkan. Saat stoma sembuh dan drainase berhenti, kasa atau balutan tidak diperlukan. Pada gastrotomy jangka panjang dibutuhkan balutan (dressing) khusus atau stabilisasi alat untuk melindungi kulit disekitar selang dari sekresi lambung dan untuk mengamankan posisi selang. Kulit selalu dipantau  setiap hari apakah ada yang tidak intak, iritasi, exkororasi, dan adanya rembesan dari lambung atau drainase. 

4) Meningkatkan gambaran diri
Pasien yang terpasang gastrotomy kebanyakan mengalami rasa bersalah akibat perubahan gambaran diri. Selalu ajak diskusi mengenai manfaat gastrotomy, bahwa makanan itu diperlukan pasien dan akan membuat pasien menjadi lebih nyaman.  Libatkan keluarga dalam pemberian dukungan dan penerimaan terhadap kondisi pasien. 

5)  Monitoring  dan manajemen potensial komplikasi
Perawat memonitor tanda komplikasi seperti infeksi pada luka operasi atau masalah lain seperti selulilitis dan abses dinding abdomen. Karena status nutris pasien jelek biasanya pasien rentan terkena infeksi.  Monitor perdarahan pada area insersi.  Monitoring tanda-tanda vital dan drainase dari luka operasi, muntah, dan BAB hitam (tanda terjadinya perdarahan lambung). 
e. Evaluasi

1. Mencapai Intake nutrisi yang adekuat

  • Pasien menerima (toleran) dengan kuantitas dan frekuensi pemberian makan melalui selang. (tidak mual,muntah, rembes, kembung, dll)
  • residu lambung sebelum makan tidak lebih dari 50 cc
  • Tidak ada diare
  • Berat badan tetap atau bertambah
2. Bebas dari infeksi dan kulit intack
  • Tidak demam
  • Tidak ada rembesan atau drainase dari luka insisi
  • Tidak ada tanda iritasi
3. Dapat menyesuaikan  pada perubahan Gambaran diri
  • Mampu mendiskusikan perubahan yang diharapkan
  • Fokus pada komunikasi verbal
  • Bertanya atau berbicar pada pasien yang sudah mengalami prosedur tersebut
4. Komplikasi dapat dihindari
  • Penyembuhan luka adekuat
  • Tidak ada perdraahan yang abnormal disekitar luka insisi
  • Selang tetap utuh selama jangka waktu terapi.
5. Menunjukan kemampuan (skill) dalam manajemen regimen pemberian makan.
  • Membantu mempersiapkan resep atau makanan halus
  • Menangani alat yang dibutuhkan
  • Membantu dan terlibat dalam  memberikan nutrisi
  • Menunjukan bagaimana cara untuk memelihara selang
  • Membersihkan selang jika dibutuhkan
  • Mencatat intake makanan secar akurat
  • Dapat membuka selang dan menutup secara teapat saat dibutuhkan untuk makan.

Sumber: 


Brunner and Suddarth, S. 2008. Text Book Of Medical Surgical Nursing eleventh edition. United States Of America : Lippincott Raven Publishers.



Comments