Supportive Care adalah asuhan yang diberikan untuk mencegah , mengontrol, atau mengurangi komplikasi dan efek samping serta memperbaiki kenyamanan pasien dan kualitas hidup (Quality of Life).
Supportive care pada neonatus meliputi:
A. Suhu Lingkungan
D. Demam
Jangan gunakan obat-obatan Antipireutik seperti parasetamol untuk mengontrol demam pada bayi muda tapi gunakan kontrol lingkungan (menghilangkan panas dengan konduksi, radiasi, dan evaporasi). Jika dibutuhkan lepaskan pakain bayi sementara.
Supportive care pada neonatus meliputi:
A. Suhu Lingkungan
- Jaga bayi tetap dalam kondisi kering dan tertutup kain (permukaan kulit tidak terpapar dengan lingkungan).
- Penggunaan topi dapat mengurangi kehilangan panas pada bayi. Jaga Suhu ruangan tidak kuang dari 25 °C.
- Jaga bayi untuk melakukan kontak Skin-to-skin dengan ibu (Metode perawatan kangguru) selama 24 hari merupakan cara yang efektif untuk menjaga kehangatan bayi.
- Alat pemanas ruangan diperlukan ketika ibu tidur atau sedang sakit.
- Berikan perhatian yang khusus untuk menghindari bayi menggigil selama pemeriksaan.
- Cek suhu bayi secara berkala untuk memastikan suhu bayi tetap terjaga 36.5–37.5 °C (97.7–99.5 °F) Rektal atau 36.0–37.0 °C (96.8–98.6 °F) Aksilari (Ketiak). Gunakan termometer yang dapat mengukur suhu rendah.
B. Manajemen Cairan
Burrette |
- Dorong ibu untuk menyusui sesering mungkin untuk mencegah hipoglikemia (penurunan kadar gula darah). Jika bayi tidak dapat minum, berikan ASI lewat Nasogastric Tube.
- Jangan berikan Makana oral (Non per Os) jika bayi mengalami obstruksi (penyumbatan) usus atau tidak toleran terhadap makanan karena dapat menyebabkan distensi abdomen atau muntah. dan juga jangan diberikan makanan pada bayi yang mengalami fase akut kejang atau penurunan kesadaran.
- Jika Cairan Intra-vena diberikan, kurangi kecepatan pemberian bersamaan dengan peningkatan pemberian cairan (ASI) melalui oral atau NGT. Pemberian Cairan intravena idealnya diberikan dengan burette untuk menjamin tidak akan terjadi kelebihan cairan.
- Peningkatan jumlah cairan diberikan secara bertahap 3-5 hari pertama (jumlah total, jumlah pemberian cairan oral ditambah IV). hari pertama 60ml/Kg BB per hari, hari ke-dua 90 ml/Kg BB per hari, hari ke-tiga 120 ml/KgBB per hari dan selanjutnya meningkat sampai 150 ml/kg BB per hari.
- jika bayi dapat menoleransi jumlah cairan oral dengan baik, jumlah cairan dapat ditingkatkan hingga 180 ml/KgBB per hari setelah beberapa hari.
- hati-hati dalam pemberian cairan Parenteral (IV) yang dengan cepat dapat menyebabkan overhidrasi pada bayi. Jangan lebih dari 100 ml/kgBB per hari untuk pemberian cairan IV. kecuali, jika bayi mengalami dehidrasi atau sedang dalam program foto terapi atau menggunakan pemanas.
- Selama usia hari ke-2 bayi yang mendapat infus glukosa 10%, jangan berikan infus glukosa tanpa natrium setelah hari ke-2 usia bayi. Cairan yang cocok untuk bayi setelah usia 2 hari adalah normal saline (Nacl 0,9%) dan dextrose 5%.
- Monitor infus dengan hati-hati idealnya menggunakan burette, cek kecepatan dan volume tiap jam.
- Gunakan infus pump dan hitung kecepatan tetesan
- Timbang Berat badan bayi tiap hari
- Observasi adanya pembengkakan wajah, jika terjadi, kurangi cairan IV, perkenalkan pemberian ASI dengan menyusui atau melalu NGT/OGT, sesegera mungkin setelah pemberian cairan IV dapat dikurangi.
C. Terapi Oksigen
Berikan oksigen pada bayi jika terjadi kondisi sebagai berikut:
- Bila terjadi sianosis sentral (lidah, bibir biru, dan ada lingkaran biru di sekitar mulut) atau gasping (terengah-engah).
- Setiap bayi bernafas disertai suara mendengkur
- Sulit makan akibat distress pernafasan
- Pernafasan dengan retraksi dinding perut bagian bawah
- Kepala menganguk saat bernafas
Gunakan pulse oksimetri sebagai panduan dalam pemberian terapi oksigen. Oksigen harus diberikan jika saturasi < 90%, dan aliran oksigen harus diatur untuk menjaga saturasi > dari 90%. Pemberian Oksigen dapat dihentikan jika bayi dapat mempertahankan saturasi > 90% dalam udara ruangan (tanpa oksigen).
Pemberian oksigen melalui nasal prongs lebih disukai pada usia bayi, dengan kecepatan oksigen 0,5 -1 liter/menit, dapat dinaikkan menjadi 2 liter/menit pada kondisi distres pernafasan yang parah untuk menjaga saturasi oksigen > 90%.
.
lendir atau dahak yang kental harus dibersihkan dari tenggorokan menggunakan suction intermiten dengan observasi langsung. Tindakan suction dilakukan jika lendir menyumbat jalan nafas dan bayi memiliki kemampuan yang lemah untuk mengeluarkan/ menelan lendir. pemberian oksigen harus dihentikan ketika kondisi umum bayi mengalami perbaikan dan tanda gejala distress pernafasan berkurang.
.
lendir atau dahak yang kental harus dibersihkan dari tenggorokan menggunakan suction intermiten dengan observasi langsung. Tindakan suction dilakukan jika lendir menyumbat jalan nafas dan bayi memiliki kemampuan yang lemah untuk mengeluarkan/ menelan lendir. pemberian oksigen harus dihentikan ketika kondisi umum bayi mengalami perbaikan dan tanda gejala distress pernafasan berkurang.
D. Demam
Jangan gunakan obat-obatan Antipireutik seperti parasetamol untuk mengontrol demam pada bayi muda tapi gunakan kontrol lingkungan (menghilangkan panas dengan konduksi, radiasi, dan evaporasi). Jika dibutuhkan lepaskan pakain bayi sementara.
Sumber:
dikutip dari , WHO. Pocket Book of Hospital Care For Children Second Edition. 2013. Available at: http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/81170/1/9789241548373_eng.pdf
Comments
Post a Comment