Bila kita masuk kedalam ruang perawatan bedah pasti tidak asing lagi
dengan ketiga obat tersebut. Dimana ada keterolac disitu pasti ada ranitidine.
Bila ditanya kepada teman-teman perawat, ada
dua pendapat, pendapat pertama
ranitidine itu dipasangkan dengan keterolac untuk menangani efek samping
keterolac. Pendapat kedua ranitidine itu dipasangkan dengan ceftriaxone untuk
menangani efek samping antibiotik (soalnya walaupun analgetik diganti dengan
yang lain misalnya tramadol, ranitidine
tetap selalu ada). Yang mana kira-kira jawaban yang betul? Apakah kedua-duanya
memang betul?
Mari kita kenalan dulu dengan
masing –masing obat tersebut
Ranitidine: adalah obat dari
golongan H-2 (Histamine 2) Receptor Antagonist. Obat ini memiliki fungsi yang
berlawanan dengan kerja reseptor Histamine-2. Sehingga menyebabkan turunnya sekresi
HCl dan pepsin di lambung. Sehingga obat ini berfungsi untuk melindungi
lambung. (jadi ranitidine bukan berfungsi sebagai anti mual ya atau anti
emetik..mungkin gara-gara produksi HCl menurun, iritasi lambungnya
berkurang sehingga gejala mual/muntah
pada pasien gastritis berkurang)
Keterolac: merupakan obat anti
nyeri dari golongan NSAIDs (Non Steroidal Anti-Inflammatory Drugs) yang bekerja
sebagai anti prostaglandin (menghambat kerja postaglandin). Secara umum
nyeri disebabkan oleh adanya kerusakan
jaringan. Sel yang mengalami kerusakan jaringan ini melepaskan zat yang bernama arachidonic acid
sebagai bahan penghasil prostaglandin. Nantinya
prostaglandin ditangkap oleh reseptor nyeri (nociceptor) dan
diinterpretasikan oleh otak sebagai rasa nyeri. Keterolak bekerja dengan
menghambat enzim yang menghasilkan prostaglandin yaitu cyclooxygenase (Cox).
Enzim CoX dibagi menjadi dua. Cox1 yang
memiliki dampak fisiologis dan COX2 yang memiliki dampak patologis.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh COX1 berfungsi sebagai pelindung lambung
karena menurunkan sekresi asam klorida dan meningkat produksi mukus sebagai
berier lambung, mengatur fungsi platelet, dan mengatur irama vaskuler.
Sedangkan prostaglandin yang dihasilkan oleh COX2 (berperan dalam respon inflamasi) menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah, peningkatan permeabilitas
kapiler, mengaktivasi sel darah putih, menyebabkan edema dan merangsang
nyeri. Keterolak menghambat produksi prostaglandin yang dihasilkan oleh
keduanya (COX-1 dan COX-2 ) sehingga selain menghambat nyeri dan reaksi
peradangan dapat menyebabkan iritasi lambung, ulserasi, dan perdarahan sebagai
dampak dari efek samping obat. (catatan: dampak perdarahan lambung tersering akibat obat-obatan
golongan NSAIDs lebih disebabkan oleh hambatan pada fungsi platelet dibanding
dampak dari iritasi/ulserasi lambung).
Ceftriaxone: Merupakan antibiotik golongan cephalosporin. antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat sintetis dinding protein bakteri dengan mengikat protein.
Comments
Post a Comment