Diare
didefinisikan sebagai buang air besar cair sekurang-kurangnya lebih dari tiga
kali per hari, atau dengan frekuensi BAB yang lebih daripada frekuensi BAB
normal (biasanya) pada seseorang. Diare
terjadi ketika zat feses bergerak
melalui usus dengan cepat sehingga menyebabkan penurunan absorbsi air,
elektrolit, dan nutrisi menyebabkan frekuensi BAB yang sering dan dalam bentuk cair. Klasifikasi dan tingkat
keparahan diare ditentukan berdasarkan pada banyaknya feses yang tidak
terbentuk selama 24 jam. Diare dalam volume yang besar (Large-volume diarrhea) terjadi ketika volume feses meningkat.
Sedangkan diare dalam volume kecil (Small-volume
diarrhea) disebabkan oleh peningkatan gerak peristaltik, tanpa peningkatan
pada volume feses.
Patofisiologi
dan Etiologi
Penyebab
umum yang paling sering pada diare akut adalah bakteri atau infeksi virus.
Bakteri (flora normal) yang biasa
terdapat di dalam usus. Jika bakteri tumbuh banyak tidak terkontrol atau jika
bakteri atau virus termakan di dalam makanan atau air yang terkontaminasi,
dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Beberapa bakteri membebaskan racun
(toksin) yang mengiritasi mukosa usus, menyebabkan respon perdangan (inflamasi)
dan peningkatan produksi mukus. Hiperperistaltik terjadi dan berakhir hingga
bahan iritan tereliminasi. Agen infeksi
yang menjadi peyebab paling sering diare adalah Escherichia coli, Campylobacter
jejuni, Shigella spp., Clostridium difficile, Giardia spp., and Salmonella spp.
Toleransi
yang jelek atau alergi terhadap makanan tertentu dapat menyebabkan diare. Makanan
yang paling banyak menyebabkan diare adalah makanan adiktif yang mengandung
sorbitol, biji pala, kafein, produk susu, daging, dan kentang. Diarea akut
biasanya pulih dalam 7 sampai 14 hari.
Diare
yang bersifat kronis dapat diakibatkan oleh peradangan suatu penyakit, obat-obatan
osmosis, kelebihan sekresi elektrolit,
atau peningkatan motilitas usus. Penyakit peradangan seperti crohn’s disease atau ulcerative colitis dapat menggagalkan
fungsi absorbsi usus, menyebabkan frekuensi BAB meningkat, dan feses encer.
Diare osmosis di sebakan oleh penggunaan laksatif atau obat lainnya yang mencegah
absorbsi air dan nutrisi di dalam usus. Penyebab tambahan yang mengakibatkan
malabsorbsi seperti pembedahan resection
(eksisi sebagian atau seluruh organ) atau penyakit yang khusus menyerang area
usus, seperti termianal ileum atau pylorus. Terapi radiasi untuk kangker
juga menyebabkan sindrom malabsorbsi. Selang makan enteral biasa menyebabkan
diare, khususnya ketika malnutrisi sudah menyebabkan edema pada dinding usus,
sehingga terjadi penurunan absorbsi.
Peningkatan
sekresi air dan elektrolit oleh mukosa usus berhubungan dengan gangguan
hormonal yang menyebabkan peningkatan volume keluaran feses. Kondisi irritable
bowel (iritasi usus) atau masalah neurologi dapat menyebabkan masalah pada
peningkatan motalitas usus. Diare juga dapat menjadi tanda terjadinya fecal impaction (pengerasan feses akibat
sembelit yag kronis)
Mind Map Keperawatan pada Diare
Pencegahan
Penanganan
yang baik, penyimpanan, dan pengemasan seluruh makanan segar meminimalisir
kontak makanan dengan agen penyebab infeksi. Susu dan produk susu harus dijaga
dan disimpan dengan baik dalam lemari pendingin. Cuci tangan dan dapur yang
bersih, persiapan makanan atau penyajian makanan merupakan hal yang sangat
penting.
Tanda
dan Gejala
Feses
pada diare awal memiliki aroma yang tidak enak dan mengandung partikel makanan
yang tidak dicerna secara sempurna dan mukus. Feses juga dapat mengandung darah
atau nanah. Diare yang diakibatkan dari keracunan makanan bisanya memiliki
waktu puncak serangan dan disertai dengan mual dan muntah. Nyeri abdomen,
distensi, anoreksia, bising usus, dan rasa haus merupakan tanda yang umum.
Gejala demam menunujukan adanya infeksi. Kelemahan dan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dapat terjadi.
Tes
diagnostik
Diagnosis
diare bergantung pada waktu serangan dan progresi penyakit, ada atau tidaknya
demam, pemeriksaan laboraturium, dan pemeriksaan visual terhadap feses. Harus
dibuktikan memlaui pemeriksaan apakah
terdapat bakteri, nanah , dan darah di dalam feses. Diare yang bercampur dengan
sel darah merah dan mukus berhubungan dengan penyakit seperti kolera , tipus,
kangker usus besar, atau amebiasis.
Diare yang bercampur dengan sel darah putih dan mukus berhubungan dnegan
penyakit seperti shigellosis, tuberkulosis usus, salmonellosis, enteritis,
atau ulcerative colitis. Diare
seperti pasta yang bercampur dengan lemak biasanya diakibatkan oleh obstruksi
saluran empedu. Diare seperti mentega disebabkan oleh cystic fibrosis. Diare dengan jumlah feses yang banyak berhubungan
dengan sprue disease (bentuk sindrom
malabsorbsi kronis) dan celiac disease
(penyakit abdomen).
Intervensi
Penggantian
air dan elektrolit merupakan prioritas pertama. Ini dilakukan dengan
peningkatan asupan cairan oral, menggunakan cairan dengan gula dan elektrolit
(oralit). Terapi intravena dibutuhkan untuk penggantian cairan dengan hidrasi
yang cepat, khususnya pada pasien anak-anak dan lanjut usia. Eliminasi makanan
dapat dicoba untuk mengindentifikasi
makanan yang berkontribusi menyebabkan diare. Jenis makanan yang sudah diketahui
dapat meningkatkan motilitas usus kemudian di masukan kedalam daftar makanan
yang menyebabkan diare, kemudian disatukandalam sebuah daftar sehingga ketahuan makanan penyebab diare.
Pasien tetap dianjurkan menambah porsi serat
dalam diet makanan. Jika pasien sudah BAB mencret tiga kali atau lebih
per hari, motilitas usus dapat diturunkan dengan obat seperti diphenoxylate (Lomotil), difenoxin HCl (Motofen), dan loperamide
(Imodium). Jika diare diakibatkan oleh penggunaan antibiotik yang mengubah
flora normal usus, diet suplemen Lactobacillus granules (Lactinex) dapat
dilakukan untuk mengembalikan flora normal usus. Obat antimikroba akan
diresepkan oleh dokter jika agen penyebab infeksi diketahui.
Peroses keperawatan pada pasien dengan diare
Pengkajian/
pengumpulan data. Observasi perilaku (pola hidup) pasien dan gejala diare
membantu mengindentifikasi penyebab diare. Tanyakan pada pasien untuk
menjelaskan setiap gejala, ketika mulai dirasakan, dan berapa lama gejala
terjadi. Pertanyaan harus meliputi “ apakah ada nyeri di bagian abdomen,
urgensi BAB, atau kram?” dan “ Sudah berapa kali BAB dalam sehari? Konsistensi
feses, warna, bau, dan frekuensi BAB juga di dokumentasikan.
Lakukan
inspeksi abdomen untuk melihat adanya distensi abdomen. Kaji pola diet pasien
yang biasanya dan cari tahu apakah ada perubahan atau paparan kontaminasi terhadap makanan atau air. Cari tahu penyebab
diare yang berhubungan dengan penggunaan obat tertentu pada pasien. Jika pasien
melakukan perjalan baru-baru ini, cari tahu lokasi geografis tempat yang
dikunjungi dan apakah ada kemungkinan terpapar oleh infeksi seseorang yang memiliki
gejala yang sama di daerah tersebut.
Kaji
gejala dehidrasi seperti takikardi, hipotensi, penurunan turgor kulit,
kelemahan, nadi tipis, membran mukus kering, dan oliguria (BAK dalam volume
kecil). Sedangkan hasil lab yang dapat menunjukan kondisi dehidrasi meliputi
serum osmilalitas, peningkatan berat jenis urin, dan peningkatan kadar
hematokrit darah. Penurunan kadar kalium (K+) darah diakibatkan oleh
kehilangan potasium akibat diare. Data yang meliputi mekanisme koping pasien
dalam mengatasi rasa cemas dan malu terhadap kondisi penyakit.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AREA
KEPERAWATAN ANAK
|
No . Rekam Medis
Nama
Tgl Lahir/ umur
Ruangan
|
: ………………………………….……
: ………………………………… P / L
: ………………………………………
: ………………………………………
|
|||||
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
INTERVENSI/ IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
||||
Diare berhubungan
dengan
(diare Akut)
□ Infeksi
Bakteri/mikroorganisme
□ Menurunya
Bakteri flora normal usus
□ Alergi makanan
(diare kronis)
□ Penggunaan
obat-obatan osmosis (misalnya laksative atau herbal)
□ Hiper mortilitas
usus (mis. irritabel bowel syndrome)
□ Peradangan
atau penyakit lain (chron’s disease, fecal impaction, ulcerative colitis)
□ Penggunaan
NGT/OGT
DS:
□
Nyeri perut
□
Urgensi
□
Kejang perut
DO:
□ TTV
Karakteristik feses
□ Frekuensi
□ Warna
□ Konsistensi
□ Jumlah
□ Darah
□ Lendir
□ Bising usus hiperaktif
□ Distensi
abdomen (+)
□ Kekuatan Nadi
Status hidrasi
□ Turgor kulit
(cubitan pada area perut)
□ Ubun-ubun
cekung
□ Mata cekung
Tanda
dehidrasi
□ Minum mau
/haus
□ Malas minum
□ Takikardi
□ Oliguri
□ Hipotensi
□ Penurunan
kesadaran
Hasil Lab
□ HT
□ leukosit
□ Berat jenis
urin
□ Elektrolit
darah
□ AGD
□ feses
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….
diare pasien teratasi
kriteria
hasil:
□ Konsistensi
feses mengental
□ tidak ada darah atau mukus
□ Nyeri perut atau urgensi berkurang
□ Pola BAB normal
□ Elektrolit normal
□ Asam basa normal
□ Hidrasi baik (membran mukosa lembab, tidak panas, vital
sign normal, hematokrit dan urin output dalam batas normaL
|
Mandiri :
Observasi riwayat penggunaan obat-obatan yang dapat mengakibatkan diare
(Untuk mengindentifikasi penyebab diare)
Observasi dan catat karakteristik feses, jumlah, frekuensi BAB (Untuk
standar evaluasi tindakan keperawatan )
Selama terjadi diare akut klien dipuasakan dari makanan “NPO” (Untuk
mengistirahatkan saluran pencernaan, karena pada fase akut apa pun yang masuk
tidak akan di absorbsi dengan baik dan akan dikeluarkan sehingga menambah
parah diare)
Kebanyakan anak dengan diare memiliki toleransi yang tinggi terhadap
susu sapi. Sehingga tidak perlu dihindari jika anak menyukainya kecuali pada
anak yang diketahui memiliki alergi terhadap susu sapi. (agar pemberian cairan oral efektif
diberikan melalui minuman kesukaan)
Berikan makanan yang terdiri dari kabrohidrat komplek(nasi,gandum,kentang,roti),daging,youghourt,
sayur dan buah. Hindari makanan tinggi lemak karena sulit dicerna
Berikan obat –obatan sesuai resep dokter. (Diare yang
terkontrol dapat mengontrol kenyamanan pasien dan keseimbangan cairan)
Berikan minuman jernih, seperti
air putih, jus, air kaldu, dan gelatin dengan diet makanan khusus untuk
penderita diare (makanan lunak, tidak panas atau dingin, berbumbu hambar/
sedikit)
Batasi konsumsi kafein (kafein dapat meningkatkan motilitas usus)
Jaga kulit tetap bersih, kering, dan lindungi dengan lotion pelembab
seperti petrolatum atau salep obat.
(Untuk melindungi kontak bagian kulit perianal dengan cairan dan enzim feses setiap kali
BAB)
Pertimbangkan ruangan privasi (sendiri) bagai pasien untuk mencegah penularan
penyakit.
Indentifikasi potensial infeksi ke orang atau makanan untuk mencegah
penyebaran infeksi
pastikan cuci tangan oleh pasien, keluarga, dan petugas kesehatan untuk
mencegah penyabaran penyakit.
Kolaborasi
Pemberian obat-obatan seperti
Antibiotik, Zinck, Oralit, Probiotik, dll
|
Nama
& Paraf
|
2)
Resiko defisiensi volume cairan b.d frekuensi BAB dan intake cairan yang tidak
adequat.
Tujuan:
Tanda-tanda vital dipertahankan dalam
batas normal dan haluaran urin (urine
output) dalam batas normal
a.Catat
masukan cairan “intake” dan haluaran
“Output” (mis. Jumlah volume BAB,
dll) untuk menentukan keseimbangan cairan (fluid
balance)
b.Timbang
berat badan pasien setiap hari untuk menentukan seberapa banyak pasien
kehilangan cairan.
c.Jika
Output lebih besar dari pada intake (masukan), terapi cairan intavena dapat dilakukan untuk memelihara
keseimbangan cairan.
d.
Dukung asupan cairan pasien lewat oral ketika fase akut diare telah berhenti
untuk memelihara keseimbangan cairan. (Karena
jika diare akut belum berhenti pemberian
cairan oral kurang maksimal karena tidak akan diabsorbsi dengan baik oleh usus
malah akan dikeluarkan lagi bersama
feses.)
f.
Ajarkan kepada pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala dehidrasi dan jika
gejala muncul untuk segera melaporkan kepetugas kesehatan agar dapat dilakukan
tindakan yang cepat.
Evaluasi.
Tujuan terpenuhi jika frekuensi BAB menurun dan keseimbangan cairan dan
elektrolit tercapai.
Sumber:
William, Linda S. and Hopper, Paula D. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing third edition. Philadelphia: E A. Davis Company
Comments
Post a Comment