Sinus Arrest (Henti Sinus)


Gangguan pembentukan implus pada Sinus Arrest disebabkan oleh kurangnya aktivitas listrik di bagian atrium, sebuah kondisi yang disebut atrial standstill. Selama  atrial standstill, atrium tidak di stimulus dan seluruh komplek PQRST akan hilang dari strip EKG. 
EKG akan tetap normal kecuali untuk komplek yang hilang atau berhenti (pause). atrial standstill disebut juga sinus pause terjadi ketika satu atau dua denyut gelombang sinus tidak terbentuk  dan disebut sinus arrest (henti sinus) ketika tiga atau lebih denyut tidak terbentuk.
Sinus Arrest hampir sama dengan SA Block derajat III, disebut juga exit block pada strip EKG.

Penyebab 
Sinus arrest terjadi ketika SA node gagal menghasilkan implus. Kegagalan dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti infeksi akut, penyakit jantung, dan stimulasi vagal. Arrest dapat dihubungkan dengan sick sinus syndrome (sindrom sinus patologis).
Signifikasi (dampak) klinis dari sinus arrest bergantung pada gejala pasien. Jika kejadian henti jantung pendek dan tidak sering, kebanyakan pasien tidak meperlihatkan gejala (asymptomatic) dan tidak membutuhkan treatmen. Pasien mungkin mempunyai irama sinus harian atau mingguan  yang normal diantara episode sinus arrest. Pasien tidak dapat untuk merasakan aritmia disepanjang waktu.
Henti denyut dalam waktu 2-3 detik normal terjadi pada orang dewasa selama tidur dan biasanya pada pasien dengan peningkatan irama vagal atau pada hypersensitive carotid sinus disease.



Lama Terjadi
Jika sinus arrest sering terjadi dan memanjang,  pasien cenderung  akan mengalami gejala. Aritmia akan menyebabkan syncope (pingsan) atau near-syncopal episodes biasanya dalam 7 detik tanpa sistolik (Asystole).
Selama henti jantung yang berkepanjangan, pasien dapat jatuh dan membahayakan dirinya. Situasi lain bahkan akan menjadi lebih serius. Sebagai contoh, jika gejala yang diakibatkan aritmia muncul pada saat sedang berkendara dapat menyebabkan kecelakaan yang fatal.

Apa yang harus di cari
Ketika mengkaji henti sinus, kita akan menemukan irama atrium dan ventrikel normal kecuali pada komplek yang hilang pada saat serangan atrial standstill. Kecepatan atrium dan ventrikel sama dan biasanya dalam batas normal. Kecepatan dapat bervariasi, akibat adanya henti jantung.
Gelombang P memiliki ukuran dan bentuk normal, mengawali setiap kemunculan QRS komplek kecuali hilang pada saat henti sinus. PR interval normal dan konstan ketika gelombang P muncul dan dapat diukur . PR interval tidak dapat diukur ketika gelombang P absen. Komplek QRS, gelombang T, dan interval QT normal ketika semuanya muncul dan menghilang pada kondisi henti sinus.
Pada gambaran EKG dapat terlihat adanya junctional escape beats dan  premature atrial,
Premature junctional, atau ventricular contractions. Pada sinus arrest, panjang waktu henti bukanlah kelipatan interval RR sebelumnya.






Tanda gejala 
Bunyi dan suara jantung tidak dapat terdeteksi ketika henti jantung terjadi. Biasanya, pasien tidak merasakan gejala apapun (asymptomatic). Kekambuhan (pengulangan) henti jantung menyebabkan  tanda penurunan curah jantung (cardiac output), seperti tekanan darah rendah, perubahan status mental, kedinginan, dan kulit pucat. Pasien juga mengeluhkan pusing dan penglihatan kabur.

Bagaimana intervensinya
Jika pasien tidak mengalami gejala apapun (asymptomatic) pasien tidak memerlukan treatmen. Untuk pasien yang memperlihatkan gejala ringan, treatmen berfokus pada pemeliharaan curah jantung (cardiac output) dan indentifikasi penyebab sinus arrest. Tindakannya meliputi penghentian obat atau medikasi yang menyebabkan supresi (penekanan) SA Node seperti digoxin, beta- adrenergic blocker, dan calcium channel blocker.

Tindakan  pada kondisi gawat
Pasien yang mengalami perkembangan tanda dan gejala penurunan sirkulasi membutuhkan treatmen segera. Seperti pada sinus bradikardia, treatmen emergensi meliputi penggunan pacmaker temporer (sementara) dan pemberian obat atropine atau epinephrine. Pacemaker permanen mungkin diimplantasi untuk manajemen dalam jangka waktu lama.
Tujuan tindakan pasien dengan sinus arrest untuk memelihara ke-adekuatan curah jantung dan perfusi darah. Pastikan mencatat dan mendokumentasikan frekuensi dan durasi (lama) kejadian henti jantung. Tentukan apakah penyebab henti jantung akibat sinus arrest atau SA block.

Jangan biarkan pasien tidur saat henti jantung terjadi
Periksa kondisi pasien pada saat henti jantung terjadi. Sinus pause tidak terlalu nampak jika dideteksi pada saat pasien tertidur. Jika henti jantung berulang (kambuh), kaji tanda-tanda penurunan curah jantung, seperti perubahan status mental, tekanan darah rendah, dingin, dan pucat. Tanyakan pada pasien apakah merasa pusing, melihat adanya kilatan cahaya, atau penglihatan kabur. Apakah dia merasa seperti waktu ada yang terlewat? Jika iya mungkin pasien mengalami pingsan (syncope) akibat sinus arrest yang berkepanjangan.
Dokumentasikan tanda vital pasien dan bagaimana perasaan pasien selama terjadi henti jantung, apakah ada aktivitas lain yang dilakukan sebelumnya. Aktivitas seperti peningkatan stimulasi vagal seperti  Valsalva’s maneuver (mengedan saat BAB) atau muntah dapat mengakibatkan kecenderungan pasien mengalami henti jantung.

Ketika suatu hal menjadi lebih buruk.

Kaji kemajuan kondisi aritmia. Laporkan kepada dokter jika kondisi pasien menjadi tidak stabil. Rendahkan kepala tempat tidur dan berikan atropine atau epinephrin, sesuai intruksi atau kebijakan rumah sakit. Kesampingkan obat yang dapat berkontribusi menyebabkan henti jantung dan komfrimasi kepada dokter apakah obat tetap  dilanjutkan. Jika cocok, waspada terhadap tanda digoxin, quinidine, atau keracunan procainamide.  Perihala level serum digoxin dan level serum elektrolit. Jika pacemaker dipasang, berikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan pacemaker di rumah.






Sumber: Wolters Kluwer. 2011. ECG Interpretation Made Incredible Easy fifth edition. Philadelphia : Lippincott William and Wilkins


Baca Juga Halaman Belajar EKG untuk Perawat

Comments