Hasil
perekaman EKG terdiri dari dua elemen : komplek dan interval. Untuk komplek
gelombang normal meliputi (1) Gelombang P, (2) Komplek QRS, (3) Gelombang T,
(4) Gelombang U.
1)
Gelombang P : mewakili depolarisasi otot atrium
(kontaksi atrium). Gelombang P juga sebagai ciri bahwa implus berasal dari SA
node. Normalnya bulat, amplitudonya tidak lebih dari 0,25 mV (2.5 mm = 2,5
kotak kecil) di seluruh lead (posisi)
atau durasinya (panjang waktu) tidak lebih dari 110 miliSekon (0,11 S = 3 kotak
kecil). Arah normal aksis gelombang P pada +15 sampai +75 derajat pada bagian frontal Plane Lead (akan dijelaskan
nanti) . Amplitudo gelombang P diukur
dari garis dasar atau garis isoelektrik
kepuncak gelombang. Karena atrium kanan berdepolarisasi sedikit lebih dahulu
sebelum atrium kiri, maka setengah bagian gelombang P mewakili depolarisasi
atrium kanan dan setengah bagian akhir mewakili depolarisasi atrium kiri, tetapi
normalnya terjadi secara tumpang tindih (hampir bersamaan) menghasilkan
defleksi (pembentukan gelombang) tunggal. Penyakit yang menyebabkan gangguan
pada ukuran atrium menyebabkan perubahan bentuk dan ukuran gelombang P.
2) Komplek
QRS: mewakili depolarisasi otot
miokardium (kontraksi ventrikel). Amplitudo pada QRS komplek memiliki rentang nilai normal yg beragam, tetapi
dianggap tinggi abnormal (abnormally High)
jika amplitudo lebih besar daripada 1.1
mV (11 mm) pada lead aVL, lebih besar daripada 2.0 mV (20 mm) pada lead aVF di Frontal Plane Lead atau lebih besar dari
pada 3mV (30 mm) pada lead precordial (Horizontal
Plane). Untuk durasi (panjang waktu) Komplek QRS memiliki rentang normal
dari 50-100 milisekon (0,05-0,10 sec
atau 1 - 2 setengah kotak kecil .
Defleksi positif dan negatif (garis gelombang yang turun atau naik) pada
komplek QRS, diberi tatanama sesuai aturan umum. Defleksi (lengkungan) pertama
pada komplek QRS, jika negatif (ke arah bawah), disebut gelombang Q. Amplitudo
gelombang Q diukur dari dasar (garis isoelektrik) ke titik terdalam dari
gelombang. Gelombang Q yang kecil dan sempit ditemukan pada Lead I, III, aVL,
aVF, V5, dan V6. Normal durasi gelombang
Q tidak lebih dari 30 milisekon (0,03 s = < 1kotak kecil) disemua lead.
Gelombang Q diwakili dengan alfabet kecil (q) atau alfabet besar (Q)
berdasarkan ukuran yang dihubungkan dengan defleksi QRS lainnya. Komplek negatif QRS sempurna atau
komplek QRS yag tidak memeiliki defleksi positif (lengkungan ke atas) mencapai
lebih dari 1mm diatas garis dasar (isoelektrik) disebut komplek QS.
Defleksi (lengkungan) positif pertama
pada komplek QRS, apakah mau diawali dengan defleksi negatif (gelombang Q) atau
tidak, tetap disebut gelombang R. Amplitudo gelombang R diukur dari dasar
(garis isoelektrik) ke titik puncak gelombang. Pada kasus komplek QRS
polyphasic, defleksi positif selanjutnya diberi label R’ (R aksen). Gelombang R
juga ditulis dengan Alfabet kecil (r) atau besar (R) berdasarkan ukuran relatifnya.
Defleksi (lengkungan) negatif (kearah
bawah) setelah gelombang R disebut gelombang S. Amplitudo gelombang S diukur
dari garis dasar (isoelektrik) ketitik gelombang terdalam. Pada kasus komplek
QRS polyphasic, defleksi negatif yang mengikuti gelombang S pertama di sebut
delombang S’ (S aksen). Seperti gelombang Q dan gelombang R, gelombang S
ditulis dengan alfabet kecil (s) dan besar (S) berdasarkan ukuran gelombang
tersebut.
Kesimpulan untuk tatanama Gelombang di
komplek QRS.
a)
Gelombang Q: Defleksi negatif pertama setelah gelombang P
b)
Gelombang
R: Defleksi positif pertama setelah gelombang P
c)
Gelombang S: Defleksi negatif kedua setelah
gelombang P (bila ada gelombang Q) atau defleksi negatif pertama setelah
gelombang R.
Catatan penting bahwa ketiga gelombang
tidak harus selalu muncul di setiap komplek QRS. Meskipun dengan tidak ada
gelombang Q atau S, tetap dapat disebut sebagai ORS komplek dan masih dianggap
normal.
3)
Gelombang T: menggambarkan repolarisasi otot
ventrikel (relaksasi ventrikel). Amplitudo gelombang T diukur dari garis dasar
(isoelektrik) hingga ke titik tertinggi gelombang, dengan nilai tidak melebihi
0.5 mV (5 mm = 5 kotak kecil) di seluruh frontal
Plane Lead atau 1,0 mV (10mm)di seluruh precordial
lead (horizontal plane lead). Polaritas gelombang T bervariasi tergantung
lead, normalnya positif (melengkung ke atas) pada lead I,II, dan V3-V6 pada
dewasa dan negatif (inverted) pada lead aVR, dan beragam pada lead III, aVL, aVF, dan
V1-V2.
4)
Gelombang U: merupakan defleksi voltase rendah (Low-voltage) yang dapat disebabkan oleh
adanya repolarisasi serabut purkinje. Kadang-kadang terlihat setelah gelombang
T. Polaritasnya (defleksi gelombang) sama dengan gelombang T. Gelombang U
dimulai setelah gelombang T mencapai garis isoelektrik. Munculnya gelombang U
dapat dihubungkan dengan kondisi ketidakseimbangan elektrolit (misalnya
hipokalemia), efek obat, dan iskemik miokardium. Bradikardi cenderung
mengakibatkan munculnya gelombang U.
Sumber:
William, Linda S. and Hopper, Paula D. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing third edition.Philadelphia : E A. Davis Company
William, Linda S. and Hopper, Paula D. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing third edition.
Zainul Abidin and Roberth
Corner .2008. ECG Interpretation The
Self-Assesment Approach second edititon .Blackwell Publishing: USA.
Comments
Post a Comment