Nyeri

Nyeri merupakan hal yang komplek, fenomena subjektif yang meliputi faktor biologis, fisiologis, budaya, dan sosial. secara ringkas nyeri adalah apapun yang seseorang katakan sebagai nyeri dan itu terjadi setiap kali klien menyatakan itu terjadi. yang mempunyai hak atau kewenangan untuk menggambarkan nyeri secara jelas adalah seseorang yang mengalami nyeri tersebut. Oleh karena itu, perawat kesehatan harus memahami dan percaya pada apa yang digambarkan klien tentang nyeri ketika akan mengembangkan rencana manajemen nyeri.

Setiap orang berbeda-beda dalam bereaksi tehadap nyeri karena memiliki ambang nyeri (pain threshold) dan tingkat toleransi nyeri (pain tolerance) yang berbeda. ambang nyeri merupakan atribut fisiologis yang menandakan intensitas dari rangsangan yang dibutuhkan untuk menimbulkan rasa nyeri. toleransi nyeri merupakan atribut fisiologis yang menggambarkan jumlah rangsangan (durasi dan intensitas) yang sesorang dapat tahan sebelum mulai merasakan nyeri.


ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang mekanisme nyeri: 
  1. specificity 
  2. pattern 
  3. gate control 
Teori sepesifitas menyatakan bahwa individu memiliki serabut saraf perifer yang khusus bertanggung jawab untuk mentransmisikan nyeri. teori ini merupakan teori yang menggunakan pendekatan biologis sehingga tidak dapat menjelaskan tentang toleransi nyeri dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri seperti faktor sosial, budaya, dan faktor empiris (pengalaman).

Teori pola mengajukan bahwa rangsangan yang berlebihan pada seluruh ujung saraf menghasilkan pola interpretasi yang unik oleh serebal kortek yang di rasakan sebagi sensasi nyeri. meskipun teori ini berkenaan dengan kemampuan otak untuk menentukan jumlah, intensitas, dan jenis rangsangan sensori yang masuk, tetapi tidak dapat menjelaskan faktor non-biologis yang mempengaruhi presepsi dan transmisi nyeri.

The gate contro theory menyatakan ada sejenis mekanisme gerbang pada spinal kord yang membolehkan serabut saraf untuk menerima rangsangan nyeri. Teori ini memberikan dorongan yang lebih holistik terhadap pendekatan manajemen nyeri dan penelitian tentang faktor-faktor no-biologis yang mempengaruhi nyeri. tehnik manajemen nyeri yang didorong oleh adanya teori ini adalah cutaneous stimulation, distraksi, dan akupuntur yang merupakan bagian dasar dari teori ini.


menurut the melzackwall gate control theory ini, rangsangan nyeri dan suhu di sampaikan (dijalarkan) melalui serabut yang berdiameter kecil (small diameter Fiber), secara perlahan dihantarkan dari serabut saraf afferent (arah ke pusat) ke spinal kord dorsal horn. dan berakhir di area abu yang disebut substantia gelatinosa. ketika rangsangan sensori mencapai tingkat keritis (ambang batas), secara teori "gerbang" di substantia gelatinosa terbuka, yang menyebabkan terjadinya transmisi sel, untuk mengirim rangsangan nyeri ke otak melalui interspinal neoron ke jalur spinothalamik, dan selanjutnya ke talamus dan cerebral kortek. serabut yang berukuran kecil menyebabkan peningkatan rasa nyeri sedangkan serabut saraf yang berukuran besar menghambat transmisi nyeri. stimulasi pada serabut saraf besar, dengan cepat dihantarkan untuk melawan rangsangan/ sinyal yang masuk melalu serabut kecil. sehingga, secara teori menyebapkan gerbang di substantia gelatinosa tertutup dan memblok transmisi nyeri. [lihat gambar diatas, stimulasi serabut saraf besar (garis hijau), menyebabkan gerbang tertutup dan rangsangan nyeri (garis merah) terblok].


sinyal (rangsangan) descending (dari pusat/efferent) yang melalui berbagai jalur dan berasal dari otak dan batang otak dapat meningkatkan atau menurunkan transmisi nyeri dengan mempengaruhi peroses penutupan/pembukaan gerbang. sebagai contoh, faktor pencetus peroses otak yang spesifik seperti atensi, emosi, dan ingatan tentang nyeri dapat memperkuat nyeri melalui pembukaan gerbang.


Tipe Nyeri


Pada dasarnya ada 2 tipe nyeri : akut dan kronis


nyeri akut biasanya di barengi dengan kerusakan jaringan yang berasal dari kecelakaan atau penyakit. nyeri akut memiliki intensitas nyeri yang bervariasi dari tingkat sedang sampai berat, tipenya berakhir pada periode yang pendek (kurang dari 6 bulan). nyeri akut merupakan sebuah mekanisme perlindungan diri, menyadarkan individu terhadap kerusakan jaringan atau penyakit organ. seseorang dapat memperoleh pengurangan dari nyeri akut dan nyeri akan menghilang bersamaan dengan peroses penyembuhan penyakit. tujuan dari perawatn nyeri akut adalah pengurangan nyeri dan penyembuhan penyebab luka atau penyakit yang menimbulkan nyeri. menggunakan palliative treatment (konsep perawatan pada pasien, guna meningkatkan kualitas hidupnya.) seperti pembedahan, terapi obat, kompres panas/ dingin, tehnik pisikologi dan perilaku untuk mengontrol nyeri.


untuk nyeri kronis biasanya penyebabnya tidak jelas, nyeri kronis dapat berasal dari penyakit atau gangguan yang terus menerus berlanjut, seperti kangker dan arthritis, atau dapat berhubungan dengan gangguan mental seperti posttraumatic stress syndrome (PTSD). nyeri kronis dapat bersifat intermittent (kadang-kadang), limited (terbatas), dan persistent (menetap) dan biasanya berlangsung selama 6 bulan atau lebih. jenis nyeri kronis secara kuat dipengaruhi oleh emosi pasien dan lingkungan. ada tiga kategori nyeri kronis: 
nyeri kronis nonmalignant, seperti nyeri yang berhubungan dengan penyembuhan luka jaringan yang lambat atau pada jaringan yang membutuhkan waktu yang lama. 
nyeri kronis maglinant, seperti nyeri akibat kangker atau penyakit progresif lainnya. 
chronic intractable pain, seperti nyeri yang meningkatkan bersamaan dengan kemmpuan pasien untuk mengatsi penyakit. 


nyeri kronis tidak selalu terlokalisasi, yang menyebabkan rasa nyerinya sulit untuk klien gambarkan secara jelas.sebagai akibatnya, pasien dengan nyeri kronis bereaksi dengan cara yang berbeda, membuat nyerinya sulit untuk dikaji oleh perawat kesehatan. seorang pasien mungkin akan menjerit, sebagian yang lain mungkin akan merintih, dan sebagian yang lain akan menarik diri. perubahan pada nafsu makan, tidur, dan perilaku lainnya (seperti kecemasan dan irritabilitas) dapat menjadi ciri yang penting pada seseorang yang mengalami nyeri.


perawatan atau penanganan pada nyeri kronis befokus pada pengurangan atau pengehilangan (pengeliminasian) nyeri saat kondisi membaik atau pada saat kondisi stabil dan dapat melaksanakan aktivitas harian. hal tersebut juga sebagai usaha untuk mengurangi kebutuhan klien terhadap obat. ketika nyeri ringan, perawatan mungkin sederhana meliputi pemijatan dan olahraga. bagaimanapun, nyeri kronis berat biasanya membutuhkan program penanganan multidisiplin yang melibatkan komponen fisiologis, pisikologi, dan sosial dari kondisi klien.

Baca juga:  1) GATE CONTROL THEORY  

                   2) PMR (Progresive Muscle Relaxation) 

                  3) Terapi nyeri Non-Farmakologi)

Sumber Buku: Made Incredibly Easy-Lippincott Williams & Wilkins

Comments