Jurnal Keperawatan: Tepid Sponging Plus dipyrone versus dipyrone alone for reducing body temperature in febrile childern.

(Perbandingan) Tepid sponging dengan dipyrone lawan dipyrone saja untuk menurunkan temperatur pada Anak demam

Instituto Materno Infantil Pofessor Fernando Figueira (IMIP), Recife, Pernambuco, brazil

A. Latar Belakang

Demam (Fever) merupakan gejala sakit yang biasa terjadi pada anak, sekitar 19-30 % anak  dibawa ke emergensi (IGD)  karena demam. Meskipun demam merupakan respon fisiologis yang bermanfaat terhadapat peroses infeksi (tanda dari gejala infeksi). Demam dapat menyebabkan iritabilitas (menjadi rewel, mudah marah) pada anak dan ansietas ( kecemasan) pada orang tua.  Antipiretik ( Obat panas) bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin sehingga menyebabkan berkurangnya stimulasi set point ( bagian otak yang menentukan atau men-set tingkat panas / suhu tubuh) di hipotalamus. Tidak seperti obat antipiretik metode pendinginan eksternal (bagian luar tubuh) tidak mempengaruhi set point. Metode pendinginan yang biasa dilakukan meliputi Tepid sponging, melepas baju, memandikan dengan air hangat, menyalakan kipas atau mengalirkan udara,  dan mendinginkan suhu lingkungan( misalnya dengan AC).

Metode pendinginan eksternal (physical cooling methods) lebih murah, dan mudah digunakan oleh perawat di lingkungan rumah sakit atau klinik. Tetapi masih belum jelas apakah metode pendinginan eksternal lebih bermanfaat ketika dibandingkan dengan penggunaan obat antipiretik. Ada beberpa konflik penelitian mengenai kemanjuran dan efek samping antipiretik dan tepid sponging. Beberapa penelitian mengatakan tepid sponging kurang efektif daripada antipiretik untuk mengatasi demam karena menyebabkan ketidaknyamanan ( discomfort), anak menjadi menagis  (crying), dan menggigil (shivering).

Dipyrone merupakan obat golongan NSAIDs ( Non-Steroidal-Anti-Inflammatory-Agent), yang tersedia dibanyak bagian didunia meliputi wilayah timur, afrika, dan amerika latin. Merupakan antipiretik yang paling banyak digunakan dan efektif serta aman (safety) dan sudah disertifikasi penggunaannya sebagai obat terbaik dalam mengatasi demam di berazil dan meksiko.

B. Tujuan:


Penelitian ini di desain untuk membandingkan (compare) efek tepid sponging plus dipyrone dengan dipyrone sendiri untuk mengatasi demam pada anak. 
Metode :  percobaan Dilakukan secara acak (Randomized clinical trial) untuk membandingkan tepid sponging plus diypirode dengan dipyrone saja dalam menurunkan panas pada anak yang dibawa ke bagian emergensi IMIP (Instituto Materno Infatanil Professo) Fernando, Brazil, dari januari – juli  2006. IMIP merupakan rumah sakit  rujukan pusat kesehatan paling penting dan rumah sakit anak terbesar di timur laut brazil. 

Penelitian dilakukan pada anak usia 6- 60 bulan yang dibawa pada pukul 5- 7 sore. Dengan suhu aksila 38- 40 C dan dengan diagnosa Infeksi saluran pernafasan atas (Upper respiratory Tract infection). Anak yang dapat dikaji adalah anak yang dapat berada di bagian emergensi sekurang-kurangnya 2 jam. Dan dikaji apakah sudah  menerima obat antipiretik, steroid atau nons steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs) .  Untuk syarat sampel (anak yang diteliti) Sebelumya dikaji, untuk anak yang memiliki ganguan hati atau ginjal, perdarahan saluran cerna, alergi dipyrone, gangguan imun atau keganasan tidak di teliti (dikecualikan).

Sampel yang tersedia 137 anak dan dipilih secara acak sebanyak 120 anak. Dan diberikan amplop yang berisi nomor yang berarti mendapatkan obat oral dypirone dengan tepid sponging atau amplop nomor lain yang berisi hanya mendapatkan obat oral dyporone saja.
Seluruh anak diberikan dosis dipyrone sebanyak 20 mg/kgBB. Dan dilakukan tepid sponging dengan membuka seluruh baju dari kepala hingga kaki kecuali bagian atas kepala (kulit kepala).  Temperatur air yang digunakan dengan rentang suhu 28-32 C.   Suhu tubuh yang diukur bagian aksila (ketiak) dengan periode waktu 15 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120 menit. Dengan menggunakan termometer digital. Anak (sampel)  yang mengalami kenaikan suhu tubuh 0,5 C dari suhu awal dianggap gagal. Seluruh anak diobservasi sebelum pengukuran suhu apakah mengalami irritabel, menangis, atau menggigil. 

C. Hasil Penelitian

Selama 6 bulan, 876 anak dengan keluhan demam di tangani di bagian emergensi antar pukul 5-7 sore. 756 anak tidak memenuhi kriteria menjadi sampel dengan alasan sebagai berikut 385 anak tidak dapat tinggal diemergensi selama waktu 2 jam (Batas waktu minimun).  193 anak memuhi kriteria tapi sudah mendapatkan antipireutik dalam waktu 6 jam sebelumnya. Dan 178 anak tidak memenuhi kriteria. Tersisa 120 anak yang memenuhi kriteria. 60 anak diberikan dipyrone dan tepid sponging sedangkan 60 anak (sebagai kontrol penelitian) diberikan dipyrone saja. 

Usia anak pada kelompok kontrol ( yang mendapat dipyrone saja) 6-54 bulan dan pada kelompok tepid sponging 6-48 bulan. Dan tidak ada nilai statistik yang signifikan (berarti) terhadap perbedaan usia, jenis kelamin, status nutrisi, suhu, durasi demam, dan diagnosa klinik.  7 anak yang dieliminasi (withdrawn) karena orangtua atau penunggu tidak mampu menunggu di emergensi saat percobaan (penelitian) dilakukan. Dan 7 anak mengalami kegagalan dalam tratmen ( karena suhu tubuh malah naik > dari 0,5 C). 

15 menit setelah percobaan, suhu tubuh turun dengan makna (signifikasi) yang besar antara kelompok tepid sponging dari pada kelompok kontrol ( kelompok yang hanya dapat dipyrone saja) (p < 0.0001). Tapi setelah diukur keseluruhan dari 0-120 menit ( 2jam) Rata-rata penurunan temperatur terjadi lebih besar pada kelompok kontrol. Rata-rata temperatur turun dari kelompok tepid sponging dari 39,1-37,5 C dan pada kelompok kontrol (yang hanya mendapatkan dipyrone saja) 39,1-37 C. 
Respon menagis (crying) diobservasi 52% pada kelompok tepid sponging dan 0% pada kelompok kontrol (yang hanya mendapatkan dipyrone). Iritabilitas (marah, mudah tersinggung, rewel) terobservasi sebanyak 36% pada anak yang mendapat sponged dan hanya 2% pada kelompok kontrol. Menggigil ditemukan pada satu anak yaitu pada kelompok tepid sponging.

D. Kesimpulan 

Tepid sponging dan pemberian dipyrone sangat efektif menurunkan demam pada 15 menit pertama setelah pembrian obat dibanding pemberian dipyrone saja. Tetapi pemberian  dipyrone saja (tanpa tepid sponging) lebih baik dalam mengontrol demam dengan  periode waktu 2 jam (120 menit)

E. Penerapan diruangan 

Tidak keperawatan dalam menurunkan demam semuanya dapat dicoba dari mulai kompres, membuka baju, tepid sponge bath, mengalirkan udara dingin, atau membuat lingkungan lebih dingin, memeluk anak dengan satu syarat yaitu  membuat anak tetap nyaman ( tidak menangis, menggil, atau rewel). Kareana tujuan utama dalam merawat anak demam adalah bukan menurunkan panas tetapi memberi kenyamanan selama demam (peroses demam). Karena demam akan turun dengan obat antipiretik  atau dengan antibiotik pada demam yang diakibatkan infeksi bakteri.

Catatan: 
Dalam penelitian ini, dikatakan bahwa peneliti percaya bahwa tepid sponging meningkatkan resiko terjadinya  kejang demam pada anak( febrile seizure). Jika mau dilakukan tepid sponging lebih baik dilakukan pada daerah tropis, dimana kehilangan panas terjadi tidak cepat, berbeda dengan negara-negara yang beriklim dingin. Tepid sponging bagus untuk menangani demam yang tidak diakibatkan oleh peningkatan set point yang merupakan ciri khas demam akibat infeksi tapi pada penyebab demam lain misalnya heatstroke, gangguan hormon, dsb.


Kosa Kata
Tepid : Suam Kuku
Sponging:  Membersihkan dengan spons



Download Artikel dan Baca Lebih Lengkap


Comments