Multiple Sclerosis

Apakah anda sudah pernah  mendengar tentang  penyakit ini, penyakit ini adalah  penyakit yang pernah diderita oleh pelawak sekaligus seniman  almarhum pepeng, semoga Allah memberikan tempat yang terbaik baginya.

Multipel sklerosis (MS) adalah penyebab utama  kelumpuhan yang terjadi pada  usia dewasa muda. MS disebabkan dari demielinasi (rusaknya selubung mielin pada neuron) ganglia dari otak dan saraf tulang belakang  (sipal cord ). Prognosis (perkiraan perjalanan penyakit) beragam, MS dapat berkembang cepat, menyebabkan kelumpuhan pada usia dewasa muda atau menyebabkan kematian dalam sebulan setelah serangan. Untungnya 70% dari seluruh pasien kembali aktif, hidup produktif dengan masa remisi (pengurangan seraangan/kekambuhan gejala) yang panjang.


Pada Gambar sebelah kiri Selubung mielin utuh sedangkan pada gamabar satunya selubung mielin rusak (mengalami demielinasi) 




Penyebab (etiologi)
Penyebab pasti MS belum jelas diketahui, beberapa teori mengatakan MS mungkin disebabkan oleh respon autoimun yang berjalan lambat (karena muncul setelah dewasa) atau infeksi virus, atau disebabkan oleh lingkungan dan faktor genetik.

Fatofisiologi
Pada MS, axon mengalami demielinasi dan serabut saraf hilang pada bagian yang menempel pada saraf pusat mengakibatkan gangguan fungsi saraf yang luas dan beragam.

Apa yang harus dibuktikan
Diagnosis yang akurat harus dicari (ditegakkan)  meliputi masa eksaserbasi (muncul atau aktifnya gejala) dan remisi (berkurang atau hilangnya gejala). Tanda dan gejala dapat bervariasi meliputi:

  • Gangguan penglihatan seperti neuritis optik, diplopia (melihat dua tampilan dari satu objek), opthalmoplegia, dan pandangan kabur
  • Gangguan sensori seperti parasthesia  (rasa tidak nyaman/kesemutan )
  • Gangguan fungsi otot seperti kelemahan, paralysis (kelumpuhan) yang berasal dari mono phelgia (satu otot atau bagian ekstemitas yang lumpuh) hingga quadriplegia, hiperfleksi, kejang, tremor  (gemetar) dan ataksia (sulit berjalan). 
  • Gangguan urinari seperti inkontinensia, frekuensi (sering BAK), urgency (kebelet), dan sering terkena infeksi saluran kencing.
  • Emosi yang labil seperti mood (suasana hati) yang cepat berubah, iritabel (sensitif), dan euphoria (Senang berlebihan).
  • Gejala lainnya seperti buruknya artikulasi kata dan disphagia (sulit menelan).
Pemeriksaan penunjang
Karena sulitnya menegakan diagnosa secara utuh, beberapa pasien menjalani tes sampai hitungan tahun dan diobservasi secara ketat. Beberapa tes dibawah ini mungkin dapat membatu menegakkan diagnosa MS.

  1. Pemeriksaan EEG, pada hasil pemeriksaan ini satu pertiga dari jumlah pasien MS menunjukan hasil abnormalitas yang tidak sepesifik. 
  2. Pemeriksaan lumbal fungsi untuk memperoleh cairan CSF (cairan otak) dengan peningkatan fraksi gamma globulin dari immunoglobulin G, tetapi dengan hasil kadar total protein yang normal. Kondisi tersebut menunjukan adanya hiperaktifitas sistem imun akibat demielinasi yang kronis.
  3. CT scan mungkin dapat memperlihatkan lesi di dalam ganglia otak (brain's white matter)
  4. MRI pemeriksaan yang paling sensitif metode untuk mendeteksi lesi dan juga digunakan untuk mengevaluasi perkembangan penyakit. Lesi terdeteksi pada lebih dari 90% dari seluruh pasien yang menjalani tes ini.
Pengobatan
Tujuan dari perawatan untuk memperpendek periode eksaserbasi dan mengurangi defisit neurologi sehingga dapat  membantu pasien dalam memelihara  aktifitas sehari-hari yang normal jika memungkinkan.  Obat dan terapi lain digunakan untuk mencapai tujuan ini.

a. Obat-obatan
Methylprednisolone (medrol) biasa diberikan selama eksaserbasi akut terjadi untuk mengurangi inflamasi pada CNS (Sistem saraf Pusat). Dan Obat-obatan lain yang sejenis, masih  golongan kortikosteroid seperti dexametasone, prednisone, betamethasone, dan prednisolon. Untuk MS yang kambuh, obat seperti glatiramer acetate (copaxone) diberikan untuk mengurangi frekuensi serangan. Interferon beta-1a (Avonex) atau interferon beta 1-b (Betaseron) efektif dalam mengurangi kelumpuhan dan menurunkan frekuensi eksaserbasi.
Obat-obatan lain yang biasa diberikan bersama kortikosteroid seperti:
  • fluxotine untuk melawan depresi
  • baclofen (Lioresal) atau Dantrolene untuk mengurangi kejang
  • oxybutynin (Ditropan) untuk mengurangi retensi urin dan meminimalkan frekuensi dan urgensi BAK.
Dukungan
 Selama periode eksaserbasi akut, perawatan yang dilakukan secara  rutin meliputi:
  1. Bed rest/istirahat/ tirah baring
  2. Terapi fisik dan pijat
  3. Perawatan kulit untuk mencegah dekubitus (pressure ulcer)
  4. Latihan BAK dan BAB
  5. Pemberian terapi Antibiotik untuk infeksi saluran kencing
  6. Konseling
Apa yang harus dilakukan Perawat
  • Intervensi Keperawatan berfokus dalam memelihara kemampuan mobilitas fisik, menjamin nutrisi yang cukup, dan kontrol nyeri selama periode eksaserbasi
  • Buat Rencana asuhan keperawatan berdasarkan ketidak mampuan pasien dan gejala yang muncul
  • Bantu dengan melakukan terapi fisik dan fasilitasi pijat,  mandi relaksasi, dan berbagai tindakkan yang dapat mendukung kenyamanan
  • bantu dengan latihan gerak secara aktif, resitif, dan streching (peregangan) untuk memelihara kekuatan otot dan mobilitas sendi, mengurangi kram, memperbaiki koordinasi, dan dorongan moral
  • Beri dorongan emosi yang stabil dengan menolong pasien melaksanakan aktivitas rutin yang biasa dilakukan untuk memelihara fungsi yang optimal. Laksanakan dan sesuaikan dengan kemampuan fisik pasien. dorong pasien untuk melakukan gerakan fisik  (exercise)  dan periode istirahat untuk mencegah kelelahan (fatigue).
  • Monitor efek samping dari obat. 
Pendidikan Kesehatan (Penkes) untuk Pasien dan Keluarga


  • Beritahu pasien mengenai konsep penyakit yang kronis. jelaskan mengenai periode eksaserbasi yang tiba-tiba atau tidak terduga dan membutuhkan pengaturan fisik dan emosi (pasien).
  • Tekankan untuk menghindari stres, infeksi, dan kelelahan dalam melaksanakan kegiatan rutin harian (aktivitas harian pasien).
  • jelaskan mengenai nutrisi seimbang dan diet yang mengandung cukup serat
  • Evaluasi kebutuhan untuk latihan BAB dan BAK dan memfasilitasi pasien
  • Dorong intake/asupan  makanan yang cukup/adekuat
  • Ajari pasien bagaimana menggunakan obat pencahar supositoria untuk mendukung jadwal BAB rutin
  • Arahkan pasien dan keluarga untuk bergabung dengan organisasi atau yayasan multipel sklerosis untuk mendapatkan informasi lebih banyak dan dukungan.


Sumber:
J. Christropher Burghardt. 2012. Medical Surgical Nursing Incredibly Easy. Lippincot williams and wilkins



Comments