Dapat dianalogikan
teori bagaikan sebuah wadah makanan ada yang berbentuk mangkuk, piring, atau
gelas. Ketika seseorang akan makan bakso maka wadah yang tepat ia gunakan adalah
mangkuk, penggunaan piring kurang tepat apalagi penggunaan gelas. Begitu pun
ketika seseorang akan minum Es jeruk, penggunaan wadah yang tepat adalah gelas,
penggunaan mangkuk dirasa kurang tepat walupun masih bisa digunakan untuk
menampung es jeruk yang cair, apalagi
kalau yang digunakan piring pasti es jeruk akan tumpah. Bakso dan Es Jeruk
merupakan sebuah fenomena (masalah yang terjadi) yang harus dipilihkan wadahnya
atau teorinya agar bisa dijelaskan dengan baik. Berikut merupakan beberapa
teori dan model promosi kesehatan yang berfokus kepada masalah individu
(intrapersonal), interpersonal, atau tingkat komunitas. Jangan sampai salah
pilih teori, apalagi yang mau bikin penelitian atau rencana promosi kesehatan!
Teori yang berfokus ditingkat intrapersonal (Individu itu sendiri)
1. Health
Belief Model
(HBM) “Model Keyakinan Kesehatan”
Untuk sesorang yang akan
melakukan anjuran (tindakan) kesehatan (misalnya skrining kesehatan, imunisasi,
atau olahraga) keyakinan mengenai kesehatan tersebut dipengaruhi oleh presepsi
terhadap ancaman dari sebuah kondisi atau penyakit (Perceived susceptibility & Perceived
severity) yang mungkin timbul dan presepsi manfaat (Perceived benefit) dari tindakan yang lebih besar nilainya daripada
faktor penghambat (Perceived barrier).
Konsep
Kunci: a) Perceived susceptibility, b) Perceived
severity, c) Perceived benefits of action, d)Perceived barriers toaction, e)
Cues to action, f) Self-efficacy
2.
Stages of change (Transtheoretical Model) “Tahapan Perubahan”
Dalam melakukan perilaku sehat (misalnya olah raga rutin) atau
membuang kebiasaan buruk (misalnya nonton TV), individu/ seseorang akan melalui
5 tingkatan secara bertahap berkaitan dengan kesiapan individu tersebut untuk melakakukan
perubahan perilaku. Yaitu pre –contemplation (tahap sebelum
perenungan), contemplation (tahap
perenungan), preparation (tahap
persiapan), action (tahap tindakan),
dan maintenance (tahap pemeliharaan).
Setiap tahap memiliki intervensi
strategi yang berbeda yang akan membantu individu/seseorang maju ketingkat
selanjutnya.
Konsep Kunci:
Pre-contemplation, Contemplation, Preparation, Action,Maintenance
3.
Relapse Prevention “Pencegahan
Kekambuhan”
Seseorang yang baru mengawali kegiatan kesehatan misalnya
melaksanakan program olahraga rutin,
mungkin perlu dibantu dengan intervensi yang membantu mereka mengantispasi
faktor penghambat/penghalang yang menyebabkan “relapse” perilaku tidak sehatnya
kambuh
sehingga tidak mau menjalani program olah raga rutin.
Konsep Kunci: a) Skills training, b) Cognitive reframing, c) Lifestyle
rebalancing
4.
Information
Processing Paradigm “Paradigma Peroses Informasi”
Dampak dari komunikasi persuasif (bersifat bujukan), dapat
menjadi bagian kampanye sosial untuk meningkatkan kegiatan kesehatan misalnya
olahraga rutin. Yang dimediasi (diprasaranai) oleh tiga tahap peroses yaitu penyampaian pesan (message) meliputi: attention
to the message (ketertarikan atau perhatian tehadap pesan), comprehension of the content (pemahaman isi pesan), dan acceptance of the content (penerimaan isi pesan).
Konsep Utama: a) Exposure, b) Attention Liking/interest, c)
Comprehension, d) Skill acquisition, e) Yielding, f) Memory storage Information search
and Retrieval, g) Decision, h) Behavior, i)
Reinforcement, j) Post-behavior consolidation
Teori yang berfokus ditingkat interpersonal (antar individu)
1.
Social learning / Social Cognitive Theory “ Teori
Pembelajaran Sosial"
Perubahan perilaku kesehatan merupakan hasil
dari hubungan timbal balik antara lingkungan, faktor personal, dan atribut
(karakteristik/ciri khas) dari perilaku tersebut. Self-Efficacy (kemanjuran diri/keyakinan akan kemampuan diri)
adalah salah satu dari karakterisitik yang menentukan perubahan perilaku.
Konsep Kunci: a) Self-efficacy, b) Reciprocal determinism, c)
Behavioral capability, d)Outcome expectations, e) Observational learning.
2.
Theory of Reasoned
Action
(TRA)“ Teori Rasional Aksi”
Mengenai perilaku (tabiat) yang berada dalam kontrol seseorang
yaitu intensi (niat/tujuan) yang dapat memprediksi perilaku yang terjadi.
Intensi di tentukan oleh dua faktor- sikap kearah perilaku dan keyakinan
mengenai anggapan dukungan orang lain terhadap perilaku
tersebut.
Konsep kunci: a) Attitude toward the behavior “sikap (pendirian) ke arah perilaku” meliputi
outcome expectation dan value of outcome expectations b) Subjective norms
“dugan/harapan terhadap norma subjektif ”meliputi Beliefs of others dan Desire
to comply with others
3.
Theory of Planned Behavior (TPB)“Teori
Rancangan Perilaku”
Manusia mempunyai presepsi kontrol (perceived behaviour control) atas kesempatan (oportunity), sumber (resource),
dan keahlian (skill) yang dibutuhkan
untuk melakukan sebuah perilaku yang dipengaruhi oleh intensi (niat/tujuan) dan
dua faktor yang terdapat pada Theory of
reasoned action.
Konsep Kunci: a) Attitude toward the behavior
• Outcome expectations
• Value of outcome expectations
b)Subjective norms
• Beliefs of others
• Desire to comply with others
c) Perceived behavioral
control
4.
Social Support “Dukungan Sosial”
Sering dimasukan kedalam intervensi promosi kesehatan.
Dapat bersifat instrumental,
informasional, emosional, dan pemberian umpan balik serta dukungan terhadap
perubahan perilaku.
Konsep Kunci: a)
Instrumental support, b) Informational support, c) Emotional support d) Appraisal support
Teori yang berfokus pada tingkat komunitas
1.
Community
Organization Model “Model Organisasi Masyarakat”
Petugas
kesehatan publik membatu komunitas/ masyarakat untuk mengindentifikasi masalah
kesehatan dan sosial, dan bersama-sama membuat setrategi perencanaan dan
implementasi untuk mengatasi masalah. Partisipasi komunitas yang aktif adalah
yang paling penting.
Konsep Kunci: a) Social planning, b)
Locality development, c) Social action
2.
Ecological Approaches “Pendekatan Ekologis”
Intervensi yang efektif harus mempengaruhi beragam
tingkatan (multiple levels) karena kesehatan dibentuk oleh banyak sub sistem
lingkungan, termasuk keluarga, komunitas, tempat kerja, keyakinan, dan
kebudayaan, ekonomi, dan lingkungan fisik dan sosial.
Konsep kunci: Multiple levels of influence
• Intrapersonal
• Interpersonal
• Institutional
• Community
• Public policy
3.
Organizational Change
Theory “Teori Perubahan Organisasi”
Peroses dan
strategi yang pasti dapat meningkatkan kesempatan kebijakan kesehatan dan
program yang akan dilaksanakan dan memelihara program tersebut dalam naungan
organisasi resmi.
Konsep Kunci: a)
Definition of problem (awareness stage). b) Initiation of action (adoption
stage, c) Implementation of change, d) Institutionalization of change
4.
Diffusion of
Innovations Theory “Teori Penyebaran
Inovasi”
Manusia,
organisasi, atau masyarakat menerima
ide, produk, atau perilaku pada kecepatan yang berbeda, dan kecepatan penerimaan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat diprediksi.
Konsep Kunci : a) Relative
advantage, b) Compatibility, c) Complexity, d) Trialability, e) Observability.
Seluruh teori tersebut memiliki keunggulan dan keterbatasan (kelemahan)
masing-masing.
Teori yang berfokus pada masalah komunitas memberikan gambaran
yang luas mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan,
karena individu dipengaruhi oleh keberadaan komunitas (masyarakat), nilai
keyakinan, budaya, kebijakan aturan (misal undang-undang), ekonomi, dan
lingkungan. Misalnya saja untuk masalah rokok, membuat perilaku masyarakat agar
berhenti merokok atau tidak merokok sembarangan. Masalah tersebut tidak bisa
diselesaikan hanya dari individu masyrakatnya saja tetapi harus dibantu dari
faktor-faktor lain seperti kebijakan pemerintah mengenai rokok (aturan), Fatwa
haramnya rokok atau merokok disembarang tempat (nilai keyakinan) , pencarian
lapangan kerja untuk buruh & petani tembakau (ekonomi-sosial), dll.
Teori interpersonal berfokus untuk menjelaskan fenomena dalam
lingkup interpersonal yang mempengaruhi perilaku kesehatan, sebagai contoh untuk
membentuk komunitas (masyarakat) yang memiliki perilaku sehat, harus dimulai
dari bagian terkecil masyarakat yaitu keluarga. Dengan terbentuk keluarga sehat
akan terbentuk masyarakat sehat. Dari keluarga juga sebuah nilai atau keyakinan
dimulai dan diturunkan, dari keluarga yang sehat akan dicetak individu-individu
(anggota keluarga) sehat. Sehingga promosi kesehatan yang dimulai pada tingkat
keluarga (interpersonal) dianggap sebagai promosi kesehatan yang tepat.
Bertahun-tahun para ahli sudah menghabiskan waktu untuk
memberikan promosi kesehatan yang berfokus kepada individu (perorangan), karena
dianggap lebih fokus dan efektif dari pada penyuluhan ditingkat masyarakat dan
keluarga (kelompok). Ada sebuah
faktor-faktor murni di dalam individu
itu sendiri yang mempengaruhi perilaku kesehatan tanpa dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia
berada. Bila fakto-faktor tersebut
diperkuat akan tercipta individu yang berperilaku sehat. Misalnya petugas
kesehatan (misalnya dokter sepesialis jantung) pun banyak yang merokok, padahal
mereka sangat tahu akibat dan efek dari rokok tersebut, mereka mengatakan rokok
tidak baik, dan mengajurkan kepada pasien jantungnya untuk tidak merokok.
Berarti ada sesuatu didalam diri mereka yang menyebabkan lebih condong untuk
melakukan perilaku tidak sehat. Dalam HBM faktor intrapersonal ini disebut
“perceived” dan dalam TRA/TPB disebut “intension”.
Sumber:
US Department of
Health and Human Services. Physical Activity Evaluation Handbook. Atlanta, GA:
US Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and
Prevention; 2002, Appendix 3, pg. 43. Avaiable at : http://www.cdc.gov by Riverside
comunity Health foundation
Comments
Post a Comment